Kenapa?

Foto: Istimewa

Lihatlah isi kepalaku.

Coba kamu hitung berapa banyak tanda tanya di sana.

Coba kamu hitung berapa banyak ‘kenapa’ di sana.

Sekarang diam, berhenti menghitung, lalu dengarkan aku.

Aku rindu, kamu diam. Kenapa?

Aku berlari mendekat ke arahmu, kamu juga berlari. Namun menjauh dariku. Kenapa?

Aku berhenti berlari, kamu diam. Kenapa?

Aku mulai diam, kamu menghilang. Kenapa?

Aku membawamu ke depan, kamu sering menoleh ke belakang. Kenapa?

Ada apa di belakang? Masa lalu kah? Masa lalu ada di sebelah kiri dan kanan kita, menuntun kita menuju masa depan. Aku rasa tak ada masa lalu yang mendorong kita ke masa depan.

Aku bertanya kenapa, kamu tetap diam. Kenapa?

Ah, sudahlah. Terlalu banyak ‘kenapa’ di kepalaku malahan membuat orang lain bertanya kepadaku. “Kamu kenapa?” Kata mereka.

This entry was posted by Faisal Siddik. Bookmark the permalink.

Leave a Reply