Surat Kecil Untuk Kaluna

Sumber: My Gallery

Surat ini adalah hadiah untuk ulang tahun pertamamu. Mungkin akan kau baca suatu saat nanti. Saat membacanya, Papa dan Mama hanya ingin kau tahu, bahwa selalu ada cinta di hati Papa dan Mama untukmu, anakku. Dalam keadaan apa pun, kamu adalah prioritas utama dan akan selalu menjadi yang pertama.

 

Papa dan Mama mungkin bukan tipikal orang tua yang mudah mengungkapkan cinta. Mungkin kau lebih sering mendengar Papa dan Mama mengomel, menggerutu, atau berkeluh kesah. Tapi, lewat surat ini, Papa dan Mama ingin kamu tahu, bahwa terlalu banyak kata yang tidak bisa kita ungkapkan dan hanya mampu kita tuliskan.

 

Kau tahu, apa kekhawatiran terbesar Papa dan Mama? Melihat kamu hidup susah saat dewasa. Hidup di masa depan, mungkin akan lebih mudah, sekaligus bisa jadi lebih keras. Karena itu, kamu tidak hanya butuh dimanja, tapi juga ditempa. Kamu tidak hanya butuh disayang, tapi juga butuh dilatih. Dilatih untuk tegar menghadapi kesusahan, dilatih untuk berani menghadapi kenyataan yang tidak selalu sesuai dengan keinginan. Dilatih untuk tahu bahwa setiap hasil tidak akan mengkhianati prosesnya. Dilatih untuk melihat penyelesaian di balik setiap masalah, bukan justru sebaliknya. Dan banyak lagi yang perlu kamu latih untuk bisa siap menjadi manusia utuh di muka bumi. Utuh dalam artian punya pikiran yang luas dan hati yang lapang. Terhindar dari segala kedangkalan; baik itu ilmu, iman dan nalar.

 

Jika Papa dan Mama tak bisa terus menerus menemanimu berlatih, temukan orang-orang di sekitarmu yang bisa kau jadikan guru. Temukan hal-hal di sekelilingmu yang membuatmu tidak berhenti belajar. Dengan begitu kau akan temukan, bahwa setiap insan di muka bumi masing-masing punya tujuan dan makna mengapa ia dilahirkan. 

Nikmati proses perjalanan itu. Tangguhlah bila ada badai. Menepilah jika kau lelah. Jangan terlena terlalu lama jika kau mendapat kesenangan. Tidak perlu meratap berlebihan jika kesedihan datang. Ketika hatimu gamang dan kau merasa tersesat, datanglah pada Papa dan Mama. Atau jika Papa dan Mama sudah tidak ada, sambangi Papa dan Mama dalam bentuk doa. Kita akan bercakap-cakap seperti biasanya. Jika bahkan kau lupa pada Papa dan Mama, jangan sampai kau lupakan Tuhanmu. Karena hanya pada-Nya kau bisa meminta pertolongan. Tapi, berjanjilah, jika Papa dan Mama kelak nanti lebih dulu tiada, tetaplah hidup sebagaimana mestinya.

 

Ada ataupun tak ada Papa dan Mama, Allah akan selalu melindungi dan menyayangimu.

 

Kamu adalah alasan mengapa Papa dan Mama bekerja lebih keras dan berdoa lebih dalam. Apa pun yang Papa dan Mama lakukan, semuanya semata demi memberikan yang terbaik untukmu. Papa dan Mama yakin, setiap anak punya rezekinya sendiri. Rezeki itu disalurkan melalui tangan-tangan orangtuanya. Yang bisa dilakukan orangtua adalah berusaha sekuat tenaga untuk bertanggung jawab menghidupi anaknya. Karena menjadi orangtua berarti belajar menjadi pejuang yang tak kenal lelah sekaligus pencinta yang tak kenal pamrih.

 

Mungkin Papa dan Mama tidak akan mengusik jika kamu ingin menjadi dirimu sendiri. Tapi, jika “Be Your Self” yang kamu maksud adalah membiarkan sifat-sifat burukmu menjadi-jadi dan perilakumu yang tidak baik terus lestari. Papa dan Mama tentu harus turun tangan. Kamu berhak menjadi dirimu sendiri, tapi alangkah eloknya lagi jika dirimu terus memperbaiki diri. Papa dan Mama tidak akan memaksakan kehendak Papa dan Mama untuk mendiktemu harus jadi seperti apa. Kamu berhak punya keinginan sendiri. Tugas kami hanyalah merestui, menasihati, mengingatkan konsekuensi, mengarahkan dan memfasilitasi. Bukan justru mematahkan mimpi atau mengerdilkan nyali.

 

Jauh maupun dekat, kau tahu, doa Papa dan Mama selalu menyertai langkahmu.

 

Di nadimu, di setiap aliran darahmu, di sanalah nafas Papa dan Mama. Kaulah perpanjangan nyawa Papa dan Mama. Selamat ulang tahun yang pertama anakku, Sima Kaluna Faisal. Tumbuhlah ceria dan bahagia selalu. Semoga Papa dan Mama bisa terus menemanimu di setiap pertambahan usiamu. Sekarang, dan seterusnya. We love you.

This entry was posted by Faisal Siddik. Bookmark the permalink.

Leave a Reply