Foto: reeman011 |
Apakah kamu ingat, kita pernah tertawa bersama?
Mungkin menertawakanku, mungkin menertawakan apa saja yang aku katakan. Aku
masih ingat kamu tertawa sampai lelah malam itu. Kita terlambat makan malam
karena kita banyak bercerita. Kamu tampak kelaparan meski akhirnya aku yang
menghabiskan sate ayam yang tak kamu habiskan itu. Mungkin saat itu aku yang
kelaparan.
Apakah kamu
ingat, kita pernah sama-sama khawatir tidak bisa pulang bersama? Beberapa teman
menawarimu pulang bersama. Aku terlambat mengajakmu. Namun, entah apa yang
membuatmu tiba-tiba berkata, “Tunggu aku di gerbang.” Seraya jantungku hampir
copot saat itu. Kamu tahu, kalau saat itu kita tidak pulang bersama, entah
waktu yang mana lagi yang akan mengijinkan aku untuk mengungkapkan perasaanku
padamu. Hari itu, hari mendung yang indah. Entah buatku, atau buatmu juga.
Meski aku belum sesayang itu, aku berusaha mulai saat itu.
Apakah kamu tahu,
tanpa perlu berubah wujud seperti serigala, atau monster, aku adalah orang yang
spesial jika berada di sampingmu. Kekuatan terbesarku tak nampak, tapi aku rasa
kekuatan cintaku bisa jadi super power untukku persembahkan di
hadapanmu. Perjalanan pulang menjadi bagian yang selalu aku nantikan.
Kuperlambat laju motor, selambat mungkin agar waktu tak cepat berakhir saat
itu. Kamu tahu, tak ada perasaan selain senang yang ada saat itu.
Apakah kamu ingat, kita pernah duduk berdua memandangi bintang dengan
dingin nya malam? Kata-kata cinta yang aku buat untukmu tak cukup
menghangatkan saat itu. Bahkan genggam tanganku pun tak juga meredakan gemetar
di tubuhmu. Aku mulai merasa sangat mencintaimu saat itu. Sungguh. Terlebih,
malam itu adalah hari-hari terakhirmu berada di kotaku. Kamu akan kembali
pulang dan menetap di kotamu. Sebuah kecupan hangatku di keningmu saat itu
kubuat sebagai salam perpisahan semetara kita. Sungguh aku mencintaimu. Saat
itu, aku berjanji akan sering mengunjungimu.
Apakah kamu ingat, pertengkaran-pertengkaran yang terjadi di antara kita? Apakah kamu ingat bagaimana kita menyelesaikannya dengan sebuah pelukan hangat. Apakah kamu ingat kita selalu mampu menaklukkan ego kita, yang kadang selalu membuat cinta begitu tak terasa.
Apakah kamu ingat semua janji setiaku? Yang sepertinya tak bisa
kutepati sekarang karena bahkan untuk siapa aku setia jika kamu tak berada di
sampingku lagi.
Apakah kamu
ingat, semua hal yang telah kita lakukan, hal yang tak tertulis di sini? Apakah
mungkin kamu mengingat semuanya bahkan ketika kini kamu tak berada di sampingku
lagi? Apakah kamu akan mengingat semuanya, kala kamu merenung dalam sendirimu,
kala aku tak tahu apa-apa lagi tentangmu, kala mungkin kamu sudah menemukan
penggantiku?
Kini, aku adalah
orang yang tidak tahu apa-apa lagi tentangmu.
Apakah kamu akan
ingat, Aku?