 |
| Foto: EnglishClub |
Aku ingin bertanya satu hal padamu, “Bagaimana kamu bisa tetap bahagia seperti itu?”
Tolong ajari aku bagaimana caranya untuk bahagia seperti senyummu itu. Tolong tunjukkan padaku kiatnya agar dapat riang segembira tawamu itu. Tolong perlihatkan padaku, sosok ceriamu lagi. Sekali saja.
Aku belajar, bagaimana bisa bahagia sepertimu. Namun, yang terjadi hanyalah aku yang terpasung di sudut kekaguman atas lengkung indah senyummu yang mendekapku dengan dalam. Aku hanya diam.
Aku perhatikan lagi tiap langkah yang kamu sandarkan di bahu dunia, semuanya ringan dan anggun tanpa cela. Angin pagi yang menyibak rambutmu mempertegasnya. Kamu utuh, dan sempurna. Kamu tersenyum manis menatapku yang sedang menatapmu. Aku tersadar.
Andai bahagia itu semudah bagaimana kamu tersenyum.
Pada kekosonganku, aku melihat, pelangi yang tak lengkap, bulan sabit yang gelap, dan tatap yang lekat; senyummu. Lalu aku diam, membayangkan, lalu aku tersenyum. Ternyata bahagia itu sederhana, sesederhana tiap detik yang aku habiskan untuk menikmati senyummu.
Akhirnya aku sadar, yang membuatmu tetap bahagia adalah dunia yang tersenyum padamu, meskipun hanya untuk membalas senyum yang kamu hadirkan pada awalnya.
Tersenyumlah lagi, aku ingin bahagia lagi.
Tolong ajari aku bagaimana caranya untuk bahagia seperti senyummu itu. Tolong tunjukkan padaku kiatnya agar dapat riang segembira tawamu itu. Tolong perlihatkan padaku, sosok ceriamu lagi. Sekali saja.
Aku belajar, bagaimana bisa bahagia sepertimu. Namun, yang terjadi hanyalah aku yang terpasung di sudut kekaguman atas lengkung indah senyummu yang mendekapku dengan dalam. Aku hanya diam.
Aku perhatikan lagi tiap langkah yang kamu sandarkan di bahu dunia, semuanya ringan dan anggun tanpa cela. Angin pagi yang menyibak rambutmu mempertegasnya. Kamu utuh, dan sempurna. Kamu tersenyum manis menatapku yang sedang menatapmu. Aku tersadar.
Andai bahagia itu semudah bagaimana kamu tersenyum.
Pada kekosonganku, aku melihat, pelangi yang tak lengkap, bulan sabit yang gelap, dan tatap yang lekat; senyummu. Lalu aku diam, membayangkan, lalu aku tersenyum. Ternyata bahagia itu sederhana, sesederhana tiap detik yang aku habiskan untuk menikmati senyummu.
Akhirnya aku sadar, yang membuatmu tetap bahagia adalah dunia yang tersenyum padamu, meskipun hanya untuk membalas senyum yang kamu hadirkan pada awalnya.
Tersenyumlah lagi, aku ingin bahagia lagi.
