Surat Kecil Untuk Kaluna

Sumber: My Gallery

Surat ini adalah hadiah untuk ulang tahun pertamamu. Mungkin akan kau baca suatu saat nanti. Saat membacanya, Papa dan Mama hanya ingin kau tahu, bahwa selalu ada cinta di hati Papa dan Mama untukmu, anakku. Dalam keadaan apa pun, kamu adalah prioritas utama dan akan selalu menjadi yang pertama.

 

Papa dan Mama mungkin bukan tipikal orang tua yang mudah mengungkapkan cinta. Mungkin kau lebih sering mendengar Papa dan Mama mengomel, menggerutu, atau berkeluh kesah. Tapi, lewat surat ini, Papa dan Mama ingin kamu tahu, bahwa terlalu banyak kata yang tidak bisa kita ungkapkan dan hanya mampu kita tuliskan.

 

Kau tahu, apa kekhawatiran terbesar Papa dan Mama? Melihat kamu hidup susah saat dewasa. Hidup di masa depan, mungkin akan lebih mudah, sekaligus bisa jadi lebih keras. Karena itu, kamu tidak hanya butuh dimanja, tapi juga ditempa. Kamu tidak hanya butuh disayang, tapi juga butuh dilatih. Dilatih untuk tegar menghadapi kesusahan, dilatih untuk berani menghadapi kenyataan yang tidak selalu sesuai dengan keinginan. Dilatih untuk tahu bahwa setiap hasil tidak akan mengkhianati prosesnya. Dilatih untuk melihat penyelesaian di balik setiap masalah, bukan justru sebaliknya. Dan banyak lagi yang perlu kamu latih untuk bisa siap menjadi manusia utuh di muka bumi. Utuh dalam artian punya pikiran yang luas dan hati yang lapang. Terhindar dari segala kedangkalan; baik itu ilmu, iman dan nalar.

 

Jika Papa dan Mama tak bisa terus menerus menemanimu berlatih, temukan orang-orang di sekitarmu yang bisa kau jadikan guru. Temukan hal-hal di sekelilingmu yang membuatmu tidak berhenti belajar. Dengan begitu kau akan temukan, bahwa setiap insan di muka bumi masing-masing punya tujuan dan makna mengapa ia dilahirkan. 

Nikmati proses perjalanan itu. Tangguhlah bila ada badai. Menepilah jika kau lelah. Jangan terlena terlalu lama jika kau mendapat kesenangan. Tidak perlu meratap berlebihan jika kesedihan datang. Ketika hatimu gamang dan kau merasa tersesat, datanglah pada Papa dan Mama. Atau jika Papa dan Mama sudah tidak ada, sambangi Papa dan Mama dalam bentuk doa. Kita akan bercakap-cakap seperti biasanya. Jika bahkan kau lupa pada Papa dan Mama, jangan sampai kau lupakan Tuhanmu. Karena hanya pada-Nya kau bisa meminta pertolongan. Tapi, berjanjilah, jika Papa dan Mama kelak nanti lebih dulu tiada, tetaplah hidup sebagaimana mestinya.

 

Ada ataupun tak ada Papa dan Mama, Allah akan selalu melindungi dan menyayangimu.

 

Kamu adalah alasan mengapa Papa dan Mama bekerja lebih keras dan berdoa lebih dalam. Apa pun yang Papa dan Mama lakukan, semuanya semata demi memberikan yang terbaik untukmu. Papa dan Mama yakin, setiap anak punya rezekinya sendiri. Rezeki itu disalurkan melalui tangan-tangan orangtuanya. Yang bisa dilakukan orangtua adalah berusaha sekuat tenaga untuk bertanggung jawab menghidupi anaknya. Karena menjadi orangtua berarti belajar menjadi pejuang yang tak kenal lelah sekaligus pencinta yang tak kenal pamrih.

 

Mungkin Papa dan Mama tidak akan mengusik jika kamu ingin menjadi dirimu sendiri. Tapi, jika “Be Your Self” yang kamu maksud adalah membiarkan sifat-sifat burukmu menjadi-jadi dan perilakumu yang tidak baik terus lestari. Papa dan Mama tentu harus turun tangan. Kamu berhak menjadi dirimu sendiri, tapi alangkah eloknya lagi jika dirimu terus memperbaiki diri. Papa dan Mama tidak akan memaksakan kehendak Papa dan Mama untuk mendiktemu harus jadi seperti apa. Kamu berhak punya keinginan sendiri. Tugas kami hanyalah merestui, menasihati, mengingatkan konsekuensi, mengarahkan dan memfasilitasi. Bukan justru mematahkan mimpi atau mengerdilkan nyali.

 

Jauh maupun dekat, kau tahu, doa Papa dan Mama selalu menyertai langkahmu.

 

Di nadimu, di setiap aliran darahmu, di sanalah nafas Papa dan Mama. Kaulah perpanjangan nyawa Papa dan Mama. Selamat ulang tahun yang pertama anakku, Sima Kaluna Faisal. Tumbuhlah ceria dan bahagia selalu. Semoga Papa dan Mama bisa terus menemanimu di setiap pertambahan usiamu. Sekarang, dan seterusnya. We love you.

Kau

Foto: My Gallery
Kepada perempuan yang sangat aku cintai, bacalah pesan yang merupakan ungkapan cinta terdalamku untukmu:
Aku senang karena berhasil membuka pintu hatimu yang dulu terkunci rapat.
Aku sangat sadar bahwa sebelum aku sudah ada lelaki-lelaki lain yang pernah mengisi ruang di hatimu, yang pernah mengagumi keindahan dirimu, yang pernah mengecap betapa indahnya kamu.

Dan aku juga mengerti bahwa tidak mudah untukmu membuka diri terhadap lelaki baru, mungkin karena rasa sakit dan kecewa yang kamu rasakan akibat jalinan-jalinan kasihmu sebelumnya yang meninggalkan luka yang teramat dalam.

Namun aku senang karena pada akhirnya aku berhasil mematahkan kunci pintu hatimu tersebut, dan kamu membiarkan diriku masuk untuk menyembuhkan luka tersebut.

Kadang aku memang menjengkelkan, aku bukan lelaki sempurna.
Aku juga tahu sekali bahwa terkadang aku membuatmu kecewa karena suka bersikap menjengkelkan akibat terbawa emosi sesaat dan lebih mendahulukan kepentingan pribadi.

Aku bukan lelaki sempurna, sama seperti manusia lain yang memiliki banyak kelemahan. Saat aku membuat dirimu sedih, kamu mungkin jadi teringat kembali akan kenangan-kenangan masa lalu. Apakah aku telah menambah goresan luka dan secara perlahan memperbesar lubang di hatimu?

Walau demikian, aku yakin aku akan dapat membuatmu bahagia.
Kuharap tidak. Aku berharap aku membawa lebih banyak keceriaan ke dalam kehidupanmu yang sebelumnya hampa, bukannya membawa kesedihan.
Aku ingin kamu tahu bahwa aku selalu berusaha untuk memperbaiki diri sendiri dan menjadi yang terbaik untukmu agar kamu bahagia. Namun, aku juga meminta pengertianmu bahwa hal tersebut tidak bisa terjadi secara instan.

Aku yakin bahwa aku akan dapat membuatmu bahagia dan hanya dengan diriku lah kamu juga akan bahagia. Yang aku ingin darimu hanyalah sedikit kesabaran.

Dan aku hanya akan bahagia jika menghabiskan seluruh hidupku bersama dirimu.
Begitu pula dengan diriku. Hanya jika bersama dirimu aku akan merasa bahagia. Seluruh sisa hidupku ingin kuhabiskan berdua saja denganmu, menjalani suka dan duka bersama. Aku ingin berbagi denganmu, memahami dirimu lebih dalam lagi.
Kamu lah perempuan yang ingin kulihat pertama kali pada saat aku bangun tidur pada pagi hari dan terakhir kali kulihat sebelum aku memasuki dunia mimpi pada malam hari.

Aku berharap menjadi yang terakhir dan selamanya bagimu.
Setiap hari aku selalu memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar aku dapat menjadi lelaki terakhir dan selamanya bagimu. Karena jika orang-orang bertanya siapa orang yang aku inginkan berada di sampingku untuk merayakan pencapaian-pencapaianku, orang tersebut adalah kamu. Irawatiku, 2019.

Kepalaku Hilang

Foto: doves and serpents
Hari ini aku kehilangan kepala, beserta mata, telinga, hidung, dan mulutnya.

Hari ini aku mulai merasa penglihatan ini mengabur, perlahan menjadi abu-abu, lalu hitam dan gelap. Aku kehilangan pandangan yang seribu kali lebih benderang dari mercusuar gelap di tepi pantai sebuah pulau kecil. Semoga aku, sang nahkoda, sekarang tak membuat kapalku menabrak gunung es dan membuatku tenggelam di Samudera Atlantik.
Mulai hari ini aku kehilangan suara-suara itu. Suara-suara penyemangat, yang kadang berisi luapan-luapan di kepala, kadang juga berisi bisikan-bisikan dari lubuk yang paling dalam. Aku akan rindu panggilan-panggilan dan bisikan-bisikan itu. Aku akan rindu ramai seolah sepi tak pernah menyenangkan lagi bagiku.
Mulai hari ini aku juga kehilangan suaraku sendiri. Aku harus belajar mengeja lagi. Aku harus belajar bersemangat seperti sorot tajam matamu. Aku harus menata lagi teriakan-teriakan pelahap emosi yang sebenarnya sudah berada nyaris di ujung tenggorokan. Dia tertahan. Yang tersisa hanya doa, yang selalu mengiringi langkahmu.
Yang tersisa dariku sekarang hanyalah sepasang kaki dan tangan. Kaki aku tak akan lelah melangkah, menuju cita-cita, juga menuju bahagia. Dengan caraku sendiri. Kamu tak perlu tahu.
Tanganku akan aku gunakan untuk menggenggam, mungkin tongkat jati tua, atau mungkin hanya sandaran di sebelah tangga-tangga kayu yang lantainya berdecit jika terinjak. Aku hanya tak ingin tersandung lalu terjatuh dan terluka nantinya. Tanganku akan aku gunakan untuk mengukir, mungkin cita-cita, mungkin hanya menulis cerita-cerita pendek yang berisi keluh, kesah, hingga tangis, atau mungkin senyum, canda, dan gelak tawa bahagia. Mungkin. Cerita itu mungkin memang tak akan sempurna tanpa hadirnya engkau di sana. Namun, terima kasih kamu telah memulai cerita ini. Serahkan padaku saja untuk mengakhirinya dengan happy ending.
Ya, kepala yang segera hilang itu adalah kamu.

Perasaan Itu Muncul Lagi

Foto: gohawaii.com

Sendiri adalah ketika kita mulai mengabaikan keinginan hati kita sendiri. Sendiri adalah usaha kita untuk menyangkal semua perasaan yang pernah menggebu di dalam dada. Sendiri adalah jalan yang mau tidak mau harus kita tempuh jika kita tidak mau bersandar terus pada masa lalu. Lebih tepatnya seseorang di masa lalu.

Kita adalah makhluk yang sangat bergantung pada orang lain. Rasanya sulit hidup tanpa orang lain, terutama orang lain yang begitu berarti untuk kita. Orang lain itu adalah orang yang bisa menjungkirbalikkan senyum kita menjadi murung, juga sebaliknya, gundah kita bisa hilang begitu saja tanpa alasan yang jelas hanya dengan menatap senyumnya.

Hari ini, aku kembali menjadi manusia yang bergantung pada orang lain.
Perasaan itu muncul lagi. Aku kembali menjadi manusia yang selalu murung menunggu kabar darinya. Namun setelah sebuah emoticon “:)” mendarat di kotak masuk pesanku, semua gundah hilang berganti menjadi tawa ceria. Sesederhana itu.

Aku selalu ingin pulang ke rumah lebih cepat, berharap akan ada keceriaan baru di malamnya nanti. Saling bertukar canda lewat pesan singkat, ataupun lewat jaringan telepon. Gelak tawanya selalu terbayang di sepanjang jalan perjalanan pulang. Tak ayal laju kendaraan kunaikan agar sesegera mungkin sampai di rumah untuk membuka telepon seluler, dan melihat kabar darimu. Kadang senyum terpasang megah di ujung bibir saat melihat pesan darimu. Namun tak jarang juga kecewa hinggap di dasar dada, kamu tak kunjung memberi kabar.

Perasaan itu muncul lagi. Aku kembali menjadi manusia yang selalu tak puas terhadap waktu. Tak adil jika waktu terasa cepat ketika kita sedang bersama seseorang yang berarti. Hingga kadang ada rasa tak rela harus mengakhiri canda dengannya ketika malam semakin larut dan masing-masing dari kami harus melanjutkan hidup besoknya. Tapi entah apa yang sebenarnya terjadi, aku rasa tak ada satupun dari kami yang ingin mengakhiri sebuah percakapan di telepon ataupun lewat aplikasi messenger di telepon seluler kami. Atau hanya aku saja yang merasa? Entahlah.

Aku merasakan lagi debar-debar ketika hendak memulai percakapan dengannya. Rasanya ada jutaan hal yang ingin aku katakan padanya. Ada dunia yang ingin aku bicarakan dengannya. Namun ketika parasnya muncul di hadapan, semua yang tersisa hanyalah kekagumanku atas dirinya. Aku hanya bisa menatap dalam-dalam matanya. Aku kehilangan kata-kata, mungkin aku harus belajar mengeja lagi.

Perasaan itu muncul lagi. Aku kadang merasa cemburu pada semua hal yang membuatnya tersenyum selain aku. Terlalu egois memang, tapi kadang juga aku sadar, melihatnya tersenyum saja, tanpa peduli karena apa atau siapa, aku merasa bahagia. Aneh.

Perasaan itu muncul lagi. Tak ada satu hari pun yang aku lewati tanpa mengintip sedikit status-nya di semua akun social media yang dia miliki. Berharap ada tulisan yang bercerita tentang kami. Jika ada, jantung ini berdebar tak menentu lebih kencang daripada ketika kita sedang menghadapi sebuah ketakutan yang sangat. Namun, tak jarang kecewa menyelimuti ketika tak ada satupun yang ia tulis di akun social media-nya. Tak jarang akhirnya aku yang mulai menulis hal-hal tentangnya, berharap dia membaca dan menyadari semuanya.

Perasaan itu muncul lagi. Kehilangan adalah bagian tersulit dari sebuah perjalanan. Aku takut kehilangannya, meskipun sebenarnya memilikinya pun aku belum. Aku takut salah bertindak. Setiap kata yang terucap selalu kujaga agar tak menyakiti hatinya. Setaip pesan yang kukirim, selalu kuperhatikan baik-baik, semoga tak ada sedikitpun yang menyinggung perasaannya.

Semua perasaan itu muncul lagi. Persis seperti matahari pagi yang sedang megah menujukkan cahayanya pada dunia.

Serumit-rumitnya perasaan itu, ternyata semua hanyalah bagian paling sederhana dari jatuh cinta.

Berhenti atau Terus Melangkah?

Foto: Jejak Kaki
Setiap hari pada dasarnya sama, yang membedakan adalah bagaimana kita mengartikan setiap hari demi hari. Nama hanyalah sekedar nama, seperti hal nya manusia. lelaki yang satu dan yang lainnya pada dasarnya sama yang membedakan adalah bagaimana kita menilai lelaki tersebut dengan pertimbangan segala yang dia lakukan setiap harinya. Begitu pula dengan wanita.


Setiap hari memiliki arti dan kesan dalam hidup setiap makhluk yang hidup di dunia. Entah itu kesenangan yang ia dapatkan atau mungkin kesedihan dalam hari itu. Bumi tak akan berhenti berputar pada porosnya. Bulan tak akan berhenti berputar mengelilingi bumi. Sama halnya dengan kehidupan manusia yang ada di bumi. Mereka akan terus tumbuh dan berkembang, belajar, mencari hal-hal baru, mencoba memulai sesuatu yang akhirnya berujung berhasil atau gagal. Tapi tak apa itulah proses pembelajaran. Hari ini tak akan sama dengan hari esok, bisa jadi hari ini kita gagal dan keberhasilan menunggu kita di hari esok.


Setiap orang memiliki kebahagiaannya tersendiri. Entah itu di dapat dari keluarganya, teman atau sahabat, atau mungkin pasangannya. Kebahagiaan bukan apa yang oranglain lakukan atau berikan kepada kita, tapi kebahagiaan adalah apa yang kita lihat dan rasakan kemudian kita nilai dengan pandangan positif kita.


Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mendapatkan kebahagiaannya masing-masing.

"Kata aku itu adalah hal yang menurutku bahagia, tapi mungkin katamu tidak seperti apa yang aku katakan".

Kita diberi mata dan akal fikiran masing-masing, agar kita dapat menilai menurut pandangan kita, agar kita memiliki prinsip akan hidup kita, agar kita memiliki tujuan untuk kita capai selama kita hidup.

"Manusia gagal adalah dia yang tidak punya tujuan dalam hidupnya"

Setiap orang pun mengartikan kegagalan dalam sudut pandang masing-masing. Satu sisi mungkin seseorang dikatakan gagal, tapi mungkin sisi lain berbicara hal yang sebaliknya. Gagal bukan berarti kalah, gagal juga bukan berarti tidak mampu, gagal bukan untuk orang yang lemah, gagal bukan hanya dia yang tidak bisa berlaku apa-apa. Tapi gagal adalah motivator terbaik dalam hidup. Dia mungkin tak bicara tapi kita mengerti apa yang dia maksud, dia mungkin tak berlaku apa-apa tapi kita merasakan apa yang dia lakukan. Setiap kegagalan terdapat beribu pelajaran di dalamnya yang bisa kita ambil. Tidak ada segala perlakuan manusia di bumi ini yang berhasil 100% atau sempurna, setiap perlakuan pasti ada kekurangan di dalamnya. apakah itu masuk kategori gagal?

"Hari ini aku tidak melihatmu, tapi aku merasakan keberadaanmu"
"Hari ini kau tak bicara padaku, tapi aku bisa mendengar suara mu"
"Hari ini kau tak memikirkanku, tapi aku memikirkanmu setiap hari"
"Hari ini kau tak mengingatku, tapi aku selalu mengingatmu dalam kesibukanku"
"Mungkin kau tak bicara, tapi aku mendengar dan mengerti maksudmu"
"Tapi hari ini tidaklah sama dengan hari kemarin"
"Mungkin kau jauh disana memikirkan hal yang sama dengan apa yang aku fikirkan"
"Mungkin kau disana memiliki rasa yang sama dengan apa yang aku rasakan"
"Mungkin kau hanya bisa terdiam, sama hal nya denganku yang berlaku seperti itu"
Apakah kita bisa dikatakan gagal dalam hal ini?

Manusia diberi anugerah yang sangat baik oleh sang pencipta, salah satunya adalah rasa untuk ingin tahu akan segala hal, baik itu masalah umum atau pribadi. Karena dengan kita tau, kita dapat mencegah akan kegagalan itu tidak terjadi dalam kehidupan kita.

"Tertawa bukan berarti dia sedang bahagia"
"Meneteskan air mata bukan berarti dia sedang sedih"
"Diam bukan berarti takut atau bodoh"
"Banyak bicara bukan berarti berani atau cerdas"

Setiap orang memiliki caranya tersendiri untuk menutupi bagaimana sifat asli orang tersebut. Jika anda yakin anda sangat mengenal pasangan atau sahabat anda. Percayalah anda tidak mengenalnya secara 100%. Karena setiap orang punya caranya tersendiri untuk menutupi segala kekurangan dan kelebihannya.



Jangan pernah takut akan kegagalan, 
Karena anda akan mendapatkan banyak pelajaran di dalamnya. 
Jangan merasa menjadi orang yang paling rugi ketika menemukan kegagalan,
Karena orang yang paling rugi sesungguhnya adalah ia yang tidak mencoba sama sekali
-F

Perihal Jatuh Cinta

Foto: andrewcomiskey.com

Kita adalah makhluk yang aneh. Ketika memulai sesuatu, kadang kita ingin menghentikannya. Namun, ketika hal tersebut berakhir, kita ingin mengulangnya. Aneh, bukan?

Salah satu contohnya adalah ketika jatuh cinta. Ketika kita merasa cinta kita tak akan terbalas, bertepuk sebelah tangan, atau mungkin hanya sebuah kayalan, kita memaksakan diri untuk menghentikan debar-debar di dada itu tanpa mencoba membuktikan sebelumnya. Namun, ketika debar itu hilang, kita malah merindukannya.

 —

Ketika jatuh cinta, yang terlintas di pikiran kita adalah bagaimana kita bisa mendapatkan balasan cinta dari dia. Ketika jatuh cinta, kita juga sering berkhayal bahagia bersama dia, padahal mengajaknya berkenalan saja tidak cukup bernyali. Ketika jatuh cinta, kita juga jadi cemburu pada semua hal yang bisa membuatnya tersenyum. “Harusnya aku yang membuat dia tersenyum,” logika bergejolak. Sebuah pemikiran yang logis, tapi egois.

Jatuh cintalah ketika siap, ketika tak ada lagi bayang-bayang seseorang di masa lalu yang masih menghantui tidur-tidur yang tak pernah nyenyak. Atau mungkin, jatuh cintalah terlebih dahulu, mungkin itu bisa menyingkirkan sejenak bayang-bayang yang kerap membuat malam menjadi mengerikan, dingin, dan penuh dengan pilu karena rindu.

Gagal jatuh cinta mungkin hal yang biasa bagi beberapa orang, tapi beberapa sisanya merasa itu merupakan hal yang lebih menyakitkan dari ujung-ujung jemari yang tergores dan luka. Sisanya lagi, merasa jatuh cinta itu indah, terutama ketika kita mulai merasa bebas dari belenggu sosok di masa lalu.

Namun, aku kadang memilih untuk tidak jatuh cinta dahulu. Padahal bayang-bayang itu sudah hilang ditelan sembilu rindu. Bukan takut atau tak ingin, bukan tak mau berbagi dengan yang baru, hanya saja aku ingin mempersiapkan diri untuk jadi yang lebih baik, agar kelak siapapun orang yang kucintai akan merasa lebih baik pula.

Jatuh cinta itu seperti jam pasir. Kita balikkan, lalu pasir mulai berjatuhan ke bagian bawah yang kosong. Jika sudah habis, tinggal tunggu saja waktunya membalikkannya kembali, berulang-ulang. Hingga suatu saat, kita akan menemukan suatu keadaan di mana pasir itu tak akan berpindah tempat. Ya, ketika berbaring.


Aku tak ingin terburu-buru jatuh cinta, atau aku hanya akan selalu mengulang hal sama, yang sudah kuharapkan segera berakhir.

Apakah Kamu Ingat?

Foto: reeman011
Apakah kamu ingat, kita pernah tertawa bersama? Mungkin menertawakanku, mungkin menertawakan apa saja yang aku katakan. Aku masih ingat kamu tertawa sampai lelah malam itu. Kita terlambat makan malam karena kita banyak bercerita. Kamu tampak kelaparan meski akhirnya aku yang menghabiskan sate ayam yang tak kamu habiskan itu. Mungkin saat itu aku yang kelaparan.

Apakah kamu ingat, kita pernah sama-sama khawatir tidak bisa pulang bersama? Beberapa teman menawarimu pulang bersama. Aku terlambat mengajakmu. Namun, entah apa yang membuatmu tiba-tiba berkata, “Tunggu aku di gerbang.” Seraya jantungku hampir copot saat itu. Kamu tahu, kalau saat itu kita tidak pulang bersama, entah waktu yang mana lagi yang akan mengijinkan aku untuk mengungkapkan perasaanku padamu. Hari itu, hari mendung yang indah. Entah buatku, atau buatmu juga. Meski aku belum sesayang itu, aku berusaha mulai saat itu.

Apakah kamu tahu, tanpa perlu berubah wujud seperti serigala, atau monster, aku adalah orang yang spesial jika berada di sampingmu. Kekuatan terbesarku tak nampak, tapi aku rasa kekuatan cintaku bisa jadi super power untukku persembahkan di hadapanmu. Perjalanan pulang menjadi bagian yang selalu aku nantikan. Kuperlambat laju motor, selambat mungkin agar waktu tak cepat berakhir saat itu. Kamu tahu, tak ada perasaan selain senang yang ada saat itu.

Apakah kamu ingat, kita pernah duduk berdua memandangi bintang dengan dingin nya malam? Kata-kata cinta yang aku buat untukmu tak cukup menghangatkan saat itu. Bahkan genggam tanganku pun tak juga meredakan gemetar di tubuhmu. Aku mulai merasa sangat mencintaimu saat itu. Sungguh. Terlebih, malam itu adalah hari-hari terakhirmu berada di kotaku. Kamu akan kembali pulang dan menetap di kotamu. Sebuah kecupan hangatku di keningmu saat itu kubuat sebagai salam perpisahan semetara kita. Sungguh aku mencintaimu. Saat itu, aku berjanji akan sering mengunjungimu.

Apakah kamu ingat, pertengkaran-pertengkaran yang terjadi di antara kita? Apakah kamu ingat bagaimana kita menyelesaikannya dengan sebuah pelukan hangat. Apakah kamu ingat kita selalu mampu menaklukkan ego kita, yang kadang selalu membuat cinta begitu tak terasa.

Apakah kamu ingat semua janji setiaku? Yang sepertinya tak bisa kutepati sekarang karena bahkan untuk siapa aku setia jika kamu tak berada di sampingku lagi.

Apakah kamu ingat, semua hal yang telah kita lakukan, hal yang tak tertulis di sini? Apakah mungkin kamu mengingat semuanya bahkan ketika kini kamu tak berada di sampingku lagi? Apakah kamu akan mengingat semuanya, kala kamu merenung dalam sendirimu, kala aku tak tahu apa-apa lagi tentangmu, kala mungkin kamu sudah menemukan penggantiku?

Kini, aku adalah orang yang tidak tahu apa-apa lagi tentangmu.
Apakah kamu akan ingat, Aku?